"Panggung Muhadhoroh di Pesantren Tebuireng Kesamben: Menggali Potensi Kreativitas dan Keilmuan Santri"

Oleh: Naila Alifa Putri

Pesantren Tebuireng di Kesamben, Jombang, selalu menjadi tempat yang memberikan banyak pengalaman yang berkesan bagi para santri dengan kegiatan ilmiah, spiritual, dan budaya. Salah satu kegiatan yang sangat dinantikan oleh seluruh warga pesantren adalah Muhadhoroh, acara ini tidak hanya mengasah kemampuan berbicara dan meningkatkan rasa percaya diri para santri, tetapi juga dapat mengembangkan dan menggali potensi kreaktifitas santri. Kegiatan ini dilaksanakan dengan penuh semangat dan penghayatan, memadukan ilmu, seni, serta kecintaan terhadap tanah air.

Acara dimulai dengan doa bersama yang dipimpin oleh MC dalam acara tersebut. Tidak hanya itu, kegiatan terus berlanjut dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an, menyanyikan Lagu Indonesia Raya menyanyikan Hymne Tebuireng dan berlanjut disuguhkan dengan penampilan seni Banjari, yakni lagu religi dengan iringan alat musik tradisional yang khas. Musik Banjari mengalun dengan indah, menggambarkan kearifan lokal dan kreativitas santri dalam berkesenian. Penampilan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengingatkan kita pada pentingnya melestarikan tradisi dan budaya Islam yang penuh makna.

Inti dari acara Muhadhoroh adalah Khitobah atau pidato yang disampaikan oleh lima orang santri, dengan berbahasa Arab juga Inggris. Hal ini memberikan tantangan tersendiri bagi para santri untuk menguasai kedua bahasa ini, yang merupakan bagian dari kompetensi penting dalam dunia pendidikan pesantren.

Masing-masing santri membawakan pidato dengan tema yang beragam, mulai dari kepemimpinan, agama, keilmuan hingga sosial budaya. Pidato ini disampaikan dengan penuh percaya diri dan kemampuan berbicara yang mengesankan. Para santri tidak hanya mempersiapkan materi dengan matang, tetapi juga belajar bagaimana menyampaikan pesan dengan cara yang menarik dan menginspirasi.

Sebagai pemanis acara, kegiatan Muhadhoroh juga dimeriahkan dengan tiga penampilan kreativitas santri yang menunjukkan bakat-bakat tersembunyi mereka. Penampilan ini bisa berupa Tarian modern, tari tradisional, atau bahkan aksi kreatif lainnya yang melibatkan seni dan budaya. Kreativitas ini menjadi wujud dari kebebasan berkreasi yang diberikan kepada santri untuk mengekspresikan ide dan gagasan mereka secara unik.

Sebagai penutup, kegiatan Muhadhoroh di Pesantren Tebuireng Kesamben diakhiri dengan doa bersama, di mana seluruh santri dan peserta mendoakan agar acara ini membawa manfaat dan keberkahan. Acara ini juga menjadi ajang silaturahmi antar santri dari berbagai pesantren, serta menjadi momentum untuk terus belajar dan mengembangkan diri.

Kegiatan Muhadhoroh di Pesantren Tebuireng Kesamben bukan hanya sekedar ajang unjuk kemampuan berbicara, tetapi juga sebuah perayaan kreativitas dan nilai-nilai keagamaan. Melalui acara ini, santri diajak untuk memperkuat kemampuan bahasa, berbicara di depan umum, serta menggali potensi seni dan budaya mereka. Dengan konsep bilingual, acara ini juga menunjukkan pentingnya penguasaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks agama maupun sosial. Muhadhoroh di Tebuireng menjadi salah satu contoh terbaik dari pendidikan pesantren yang tidak hanya mengutamakan aspek ilmu agama, tetapi juga menciptakan generasi muda yang kreatif, cerdas, dan penuh cinta terhadap bangsa.